Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

''Karier Saya Tidak Pernah Direncanakan'' (Bagian 1)

Kompas.com - 19/02/2010, 10:16 WIB

KOMPAS.com — Senyum ramahnya segera mengembang saat Kompas Female memasuki ruang kerjanya di Mabes TNI Angkatan Darat di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2010). Tak sulit membuat janji dengan perempuan yang baru tiga hari sebelumnya dilantik menjadi brigadir jenderal (Brigjen) perwira staf ahli tingkat II kawasan Eropa dan Amerika Serikat staf ahli bidang hubungan internasional ini.

Pelantikan tersebut menjadikan Sri—begitu panggilannya—perempuan ketiga di TNI Angkatan Darat yang meraih pangkat perwira bintang satu atau brigadir jenderal. Sebelumnya, perempuan pertama dan kedua yang meraih pangkat brigjen di TNI AD adalah Herawati dan Kartini. Hal ini jelas membanggakan. Padahal, Sri mengawali kariernya di dunia militer tanpa sengaja.

Perempuan kelahiran Boyolali, 54 tahun silam, itu bukan datang dari keluarga yang memiliki latar belakang militer. Bapaknya adalah seorang guru SD, sedangkan ibunya memilih menjadi ibu rumah tangga sekaligus berdagang hasil bumi.

''Memang waktu masih kecil cita-cita saya pernah ingin jadi tentara. Tetapi, kan, itu (cita-cita) anak kecil. Setelah dewasa saya tidak pernah berpikir berkarier di militer,'' ujarnya.

Sri menghabiskan masa kecil hingga remaja di kota kelahirannya. Saat diterima kuliah di Jurusan Pendidikan Sosial Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo, barulah ia tinggal berjauhan dari orangtuanya. Nah, dari sinilah perjalanan kariernya dimulai. Tanpa sengaja ia melihat pengumuman di Komando Distrik Militer (Kodim) Semarang mengenai penerimaan Kowad (Korps Wanita untuk Angkatan Darat) untuk kebutuhan wamil (wajib militer).

Sri, yang saat itu tengah menunggu diwisuda, nekat berangkat bersama teman kuliahnya ke Semarang. Namun, karena saat itu hari Sabtu, pendaftaran sudah ditutup. Beruntung, salah satu petugas pendaftaran di sana membantu Sri.

''Saya masih ingat namanya, Peltu Koesnan. Ia yang membantu kami berdua,'' kenang ibu dua anak ini.

Jadilah Sri dan temannya mendaftarkan diri. Namun, mereka tidak langsung pulang karena rangkaian tes akan dimulai hari Senin. Pada hari pertama itu Sri harus menjalani tes olahraga. Hal itu membuatnya panik.

''Kami enggak punya kaus dan sepatu. Lha wong dadakan, kok. Akhirnya kami berembuk. Saya bertugas menyediakan kaus dan celana dua pasang, teman saya menyediakan sepatu dua pasang,'' tutur Sri, yang saat itu akhirnya menginap di rumah pamannya di Semarang.

Setelah menyelesaikan rangkaian tes, tinggallah Sri dan temannya berharap-harap cemas. Apalagi pengumuman penerimaan akan dikirim melalui pos ke Boyolali. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com